6 Hari Keliling Sumatera Barat (Hari 1 : Payakumbuh)

Hello warga dunia, kali ini saya ingin membagikan perjalanan liburan yang sungguh mengasyikkan. Saat melakukan perjalanan ini saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama tingkat ke tiga, alias kelas 12. Liburan ini saya laksanakan pada liburan semester pertama. Ini liburan untuk pertama kalinya saya lakukan sendiri, maksudnya tanpa orangtua. Saya ingin berbackpacker ria. Saya mengajak dua teman wanita saya untuk bergabung dalam perjalanan ini, dan ternyata mereka bersedia. Sebulan sebelum ujian, saya sudah mulai menjelajah internet mengenai daerah mana yang akan saya telusuri. Mencari dan mencari akhirnya pilihan sayaa jatuh pada Sumatera Barat. Alasannya pertama karena kampung saya di sana, Payakumbuh dan saya bisa bahasa minang. Alasan kedua Sumatera Barat tetanggaan dengan provinsi saya tinggal, Riau. Tempat wisata di Sumatera Barat juga banyak, jadi finallah keputusan untuk menjelajah Sumatera Barat.

Libur semesterpun akhirnya tiba. Saya mulai libur tanggal 25 Desember 2013 dan kembali masuk tanggal 02 Januari 2014. Cukup lama bukan? Satu tahun haha. Sabtu sorenya 24 Desember 2013  selepas menerima rapor, saya dan kedua teman saya langsung berangkat ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Maklum tidak ada mobil travel dengan tujuan langsung Payakumbuh. Kami naik mobil travel KIT dan dengan tujuan pertama Payakumbuh tapi melalui transit di Bukittinggi. Ongkos yang dikenakan oleh KIT Rp.150.000,- per orang. Karena liburan dianjurkan untuk memesan tiket lebih awal jika tak ingin kehabisan.

Kami berangkat dari kota kami Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Perjalanan ke Bukittinggi menempuh lebih kurang 12 jam. Pendapat saya tentang travel KIT sangat buruk. Kami mendapat mobil yang bagi kami sangat tidak nyaman. Sopirnya terlalu kencang membawa mobil, sehingga rasanya kami sangat terguncang. Musik yang dipasang di dalam mobil juga sangat keras sehingga tidak nyaman untuk tidur. Bahkan saya sudah memasang musik melalui headset tapi tetap kalah dari musik mobil! Sopirnya juga terbilang tidak ramah. Yang membuat saya kesal, dia bahkan tidak mentolerir waktu kami untuk sholat! Sejak itu saya tidak ingin melakukan perjalanan menggunakan KIT lagi.

Setelah sampai di Bukittinggi, kami turun di terminal KIT Jalan By Pass Bukittinggi. Dari sana kami harus mencari mobil menuju Payakumbuh. Mobil ke Payakumbuh selalu lewat jalan itu, jadi tinggal tunggu di jalan raya saja sampai mobilnya muncul. Tidak perlu lama menunggu, kami pun naik mobil Sinamar menuju Payakumbuh. Mobilnya berjenis minibus dan dapat menampung lebih kurang 15 orang. Perjalanan dari Bukittinggi ke Payakumbuh hanya membutuhkan waktu lebih kurang satu jam. Tapi perjalanannya tidak akan terasa karena kita akan ditemani hijaunya pepohonan dan udara dingin khas Sumatera Barat. Untuk perjalanan dari Bukittinggi ke Payakumbuh memakan ongkos Rp.15.000,-

Hari 1 : Payakumbuh

Sampai hari minggu sekitar jam 9 pagi kami di Payakumbuh. Di Payakumbuh saya punya rumah, tepat.nya rumah nenek. Jadi kami tidak perlu pusing untuk mencari penginapan dan biaya liburan bisa ditekan. Lokasinya di desa Talago, lebih kurang 20 menit dari pusat kota Payakumbuh. Kami istirahat sebentar. Sangat beruntung kami liburan ke Payakumbuh karena sedang musim durian dan rambutan. Di rumah saya banyak sekali durian dan bisa makan sepuasnya!

Siangnya setelah makan dan sholat Dzuhur, sekitar pukul 2 siang, kami mulai menjelah Payakumbuh. Payakumbuh sangat di kenal dengan air terjunnya. Kami menjelajah menggunakan sepeda motor. Dari rumah, kami bergi berempat, saya dan dua teman saya ditambah satu orang ponakan perempuan saya. Tujuan kami adalah Harau dan Kapalo Banda Taram.

Perjalanan ke Harau dari rumah memakan waktu satu jam menggunakan sepeda motor. Kami melalui jalan yang tidak biasanya di gunakan para wisatawan lain. Kami melawati jalan sawah-sawah dan jembatan gantung. Sebenarnya bukan karena kami mau, tapi karena kesasar haha. Tapi sungguh menyenangkan. Pemandangan di Harau sangat indah, cocok bagi orang yang ingin mencari udara segar dan merindukan suasana pedesaan. Bukit-bukit batu tinggi serasa menjaga kita di sana. Banyak air yang keluar dari bukit-bukit itu. Sawah hijau yang sangat luas ada di sisi kiri dan kanan jalan. Langit biru sangat cerah dan burung-burung meyatu dengannya. Akses ke Harau sangatlah bagus, jalan sudah beraspal dan lebar jadi sangat menyenangkan. Untuk masuk ke Harau kita harus membayar Rp.5.000,- setiap orangnya. Di Harau sendiri ada lebih kurang 3 air terjun tapi saya dan teman-teman hanya akan mengunjungi air terjun utama dikarenakan waktu yang tidak mencukupi kami untuk berlama-lama.


Tapi kini, air terjun Harau tidak sedesar dulu, mungkin dikarenakan musim kemarau yang berkepanjangan. Tapi saya tetap menikmatinya. Di bawah air terjun terdapat kolam pemandian. Airnya sungguh dingin tapi segar. Di samping kolam juga ada ruang ganti pakaian dan tempat penyewaan pelambung yang berupa ban untuk mandi. Maklum kolamnya sangat dalam untuk anak-anak. Di seberang air terjun juga banyak pedagang yang menjual souvenir khas Harau dan makanan. Pesan saya mikir-mikir kalau mau belanja makanan di tempat wisata karena akan sangat mahal.

Selepas dari Harau, kami menuju tempat selanjutnya Kapalo Banda Taram. Berbeda dengan Harau yang cukup sering saya kunjungi, saya sama sekali belum pernah ke Taram. Bermodal peta buta yang diberikan mak odang alias paman saya mencari lokasinya. Sering kami berhenti hanya untuk menanyakan apa benar ini jalan menuju ke Taram dan sering juga kami tersesar sangat jauh. Tapi namanya juga backpacker, harus mandiri dong!

Jalan ke Taram sangat sempit dibandingkan Harau. Waktu kami menuju Taram banyak sekali anjing. Nampaknya pemilik anjing sedang memandikan anjingnya di Taram. Taram itu adalah sebuah bendungan yang sangat indah. Perjalanan ke Taram juga di suguhi banyak bukit dan sawah, nilai plusnya di tambah dengan banyaknya alirannya air yang kita temui sepanjang jalan. Akses ke Taram lebih minim daripada ke Harau. Jalannya masih berupa batu tapi cukup untuk dilalui motor. Jika mobil lewat hanya muat satu sehingga pengendara yang bersebrangan harus mengalah. Semoga pemerintah kabupaten Payakumbuh cepat memberikan akses ke lokasi ini, sayangkan ada potensi wisata tapi tidak dikelola dengan baik.

Biaya masuk ke Taram dikenakan sebesar Rp.5.000,- setiap kita parker kendaraan di tempat wisata dikenakan biaya Rp.2.000,-



Air di Taram cukup dingin. Sangat asyik untuk mandi. Tapi saya tidak melakukannya karena tidak membawa baju ganti. Anda juga bisa bermain rakit di sini, tempatnya sangat luas. Katanya untuk main rakit kita harus bayar Rp.20.000,- saya tidak tahu apa itu untuk satu orang atau satu rakit karena saya tidak sempat mencobanya karena waktu yang sudah semakin sore. Mungkin lain kali jika saya ke Payakumbuh saya akan mencobanya. Suasana di sini sangat tenang dan tentram. Cocok untuk tempat mencari inspirasi dan lari dari hiruk piruk pekerjaan dan kota. Banyak keluarga yang berlibur di sini. Anak-anak mandi dengan gembira, orang dewasa bermain rakit, ada juga yang mencuci motor dan memandikan anjingnya. Tempat wisata memang banyak memberikan kebahagiaan. Di sisi bendungan juga ada pedangaang yang menjual jajanan, tapi belum didapati souvenir di sini. Pokoknya Taram menyejukkanlah.

Perjalanan pulang kami tempuh seperti perjalanan pergi, lama tapi melalui rute yang berbeda. Kami sungguh lapar dan kami putuskan untuk makan di pasar Danguang-Danguang. Sate minang di sana sungguh enak, namanya sate Inbur. Belum pernah saya merasakan sate yang senikmat sate Inbur. Yang liburan di Payakumbuh rugi kalau tidak mampir ke sini. Kalau Ramadhan, pondok sate selalu ramai, padahal sudah buka tiga cabang di tempat yang berdekatan tapi masih juga ramai dan harus antri! Satenya sate daging sapi asli dan kuahnya kuah kuning. Paling sedikit bisa pesan Rp.5.000,- dapat dua sate dan ketupat. Satu tusuk dihargai Rp.2.500,- jadi kayaknya ketupatnya gratis kita bayar dagingnya doang. Air pit di sini juga gratis tidak dikebanyakan tempat. Pokoknya puas deh.



1 komentar:

suseno herlambang mengatakan...

Rumah wak dakek kapalo banda tu ni, waktu ketek acok pai mandi kasitu, disitu ado aia tajun nyo pulo mah ni namonyo sarasah bunta tapi jauah masuak rimbo kadalam lai hahaha jadi kangen rumah :D

 
Copyright © Tulisan Online